Kamis, 06 Desember 2012

Posted by Unknown |

kawan saya punya crita lagi nih, kalian pasti akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat dari crita ini. kita baca yuukkk.. :D cekidot
        Rasa hormat dan taat abu hanifah kepada ibunya sungguh luar biasa. bu hanifah adalah seorang ulama terkenal,. Beliau pernah ditawari menjadi seorang hakim, tetapi menolak. Penolakan itu membuat penguasa marah. Dia ditangkap dan dipenjara,
        Setelah dibebaskan dari penjara, dia bersyukur bukan main karena dia bersama ibunya lagi. "kecemasanku memikirkan ibu, jauh lebih pedih dibandingkan kesedihan berada di penjara," katanya.
        Pada suatu hari, ibu abu hanifah bertanya tentang wajib dan sahnya sholat. Abu hanifah memberikan fatwanya. fatwa adalah jawaban atau keterangan ali ulama islam. Meskipun Abu hanifah menjawab dengan benar, ibunya tidak percaya. Bagi sang ibu, abu hanifah tetaplah seorang anak, bukan ulama besar ahli hukum islam. maka,fatwanya dianggap ucapan seorang anak belaka, bukan fatwa alim ulama.
        "Aku tidak mau dengar kata-katamu. aku hanya percaya pada fatwa Zar'ah Al-Qas!" kata ibu abu hanifah. "Antarkan aku ke rumah Zar'ah Al-Qas."Abu hanifah mengantarkan ibunya ke rumah ulama itu. "Ibuku meminta fatwa tentang wajib dan sahnya sholat," kata abu hanifah.
         Zar'ah Al-Qas keherana mendengarnya. Bukankah Abu hanifah sendiri seorang ulama besar yang menguasia hukum islam? untuk pertanyaan sederhana begitu pasti mudah menjawabnya. "Bukankah anda sendiri ahlinya?" kata Zar'ah Al-Qas. "Ibuku hanya mau dengar fatwa dari engkau," Kata Abu Hanifah. "baiklah. kalau begitu, fatwaku sama dengan fatwa Abu hanifah," kata Zar'ah Al-Qas kepada ibu abu hanifah. "Ucapkanlah fatwamu," kata wanita tua itu.
         Zar'ah Al-Qas pun mengucapak fatwa. yang ternyata sama dengan fatwa yang telah diucapkan oleh Abu hanifah di rumah tadi. "Kalau anda yang memberi fatwa, aku percaya," kata ibu Abu Hanifah. Padahal, fatwa yang telah diucapkan Za'rah Al-Qas adalah hasil rumus Abu Hanifah. Za'rah Al-Qas belajar tenteng hukum itu dari Abu Hanifah.
         Pada hari yang lain, ibu Abu Hanifah menyuruh anaknya pergi ke majelis Umar bin Zar untuk menanyakan suatu masalah. Dengan patuh Abu Hanifah memenuhi peritah ibunya. Padahal dia bisa menjawab pertanyaan sang ibu dengan sanagt mudah.
         Umar bin Zar juga keheranan mendengar pertanyaan Abu Hanifah. "Bukankah Anda sendiri sangat ahli dalam hukum itu?" tanya Umar bin Zar.
         "Yang pasti, hukum membantah orangtua adalah dosa besar,"
         "Biklah. kalau begitu, apa jawaban terhadap pertanyaan ibu Anda?"
         Abu Hanifah lalu memberi jawaban.
         "Nah, katakanlah jawaban itu kepada ibu Anda. Tentu saja dengan mengatakan bahwa itu adalah fatwaku."
         Abu Hanifah pulang membawa fatwa Umar bin Zar yang sebenarnya jawabannya sendiri.
         Hal seperti itu terjadi berulang kali. Abu Hanifah tetap putuh disuruh ibunya mendatangi majelis-majelis untuk menanyakan masalah agama. Ibu tetap menaganggap Abu Hanifah seorang anak, bukan ulama besar ahlu hukum agama. Akan tetapi, Abu Hanifah tidak marah karena beliau tahu hukum menghormati orangtua adalah wajib.
PESAN DARI CERITA INI ADALAH
            Betapa pentingnya kita menghormati seorang ibu, sehingga dalam Al-qur'an pun kita dilarang untuk mengeluh dan membentaknya
subhanaallah ya kawan, sangat berbakti sekali abu hanifah ini. smoga bermanfaat ya kawan. :) 


0 komentar:

Posting Komentar